Sup Daging Nyonya Besar
Persediaan dagingku melimpah hari ini, sampai kulkas
yang ukurannya Jumbo hampir tidak muat. Semua jeroan sudah aku bereskan ,
bagian yang tidak aku suka kubuang di lubang WC biar mengendap di sana.
Aku pilih daging yang benar-benar tanpa lemak, aku
iris tipis-tipis, kutaburi dengan merica, selada dan irisan daun bawang .
Sebentar aku asapkan , aroma wangi daging panggang merasuk pada sudut-sudut
ruang di seantero rumah yang cukup besar ini. Hanya sebentar aku panggang, karena
setelahnya aku masukan kuah yang sudah mendidih, aku tambah sedikit pala, garam
dan kecap manis kesukaanku.
Aku harus segera menghabiskan daging-daging itu,
agar banyang –banyang Nyonya Besar tidak
lagi menghantuiku. Tiap kerat daging yang aku makan mempertegas kemenanganku,
atas sakit hati yang telah menumpuk bertahun-tahun. Atas hina-hinaan dan
umpatan dari mulut nyinyir Nyonya Besar, yang sekarang dagingnya aku nikmati
sambil menonton teleisi Sinetron Uttaran kesukaan Nyonya Besar. Biasanya jam
segini dia nonton serial Uttaran sambil terkekeh-kekeh dan kadang kala sambil
tersedu-sedu, tanpa sekalipun memperhatikan kejengkelanku.
Bayangkan saja selama 10 tahun pernikahan kami, apa
yang aku dapat dari wanita yang bertubuh tambun berambut kriting dan bermulut
nyinyir itu. Selain rasa sakit hati yang
berkepanjangan tanpa bisa melawan, tanpa bisa mengelak. Perempuan itu sudah
benar-benar menghancurkan hidupku tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Seperti yang terjadi seminggu yang lalu, ketika aku
baru saja pulang kerja sampai malam. Badanku yang sangat capek dan kerongkongan
kering dan peluh yang bercucuran karena
aku menempuh perjalanan kerja dengan jalan kaki.
“ Dasar laki-laki keparat! Lihat jam berapa ini baru
pulang..? kemana kamu..!” Demikian istriku menyambutku di depan pintu,
ditariknya saku bajuku, ketika yang dia dapati hanya puntung rokok yang masih
bisa kuhisap, tanpa ada uang sedikitpun, dia semakin kalap.
“ Bangsat! Buat apa kau pulang jam segini kalau tak
bawa uang, sana tidur di luar!” kata istriku sambil menutup pintu depan
keras-keras. Padahal aku haus , ngantuk dan ingin kencing, aku juga belum makan
seharian karena taka da uang sama sekali. Seluruh hasil kerjaku Nyonya Besar
yang bawa.
Tingkah laku wanita tambun yang selama aku nikahi
tidak pernah sekalipun memberiku kesempatan untuk mencicipi nikmat tubuhnya
sudah semakin menjadi-jadi. Harga diriku sebagai laki-laki mulai
bergejolak. Wanita yang senang aku sebut
dengan “ Nyonya besar” itu membuatku lebih rendah martabatnya daripada seekor tikus,
bahkan lebih rendah derajatnya dari seorang buak sekali pun.
Aku sudah bosan memohon-mohon, mengiba-iba agar dia
berlaku sopan dan baik terhadapku. Aku tak akan lagi mau menjadi pecundangnya.
Aku harus mengakhiri dengan caraku sendiri.
Hingga pada suatu malam, ketika sunyi sudah merata
pada bagian bumi, aku pulang ke rumah. Di depan pintu Nyonya besar sudah
menyambutku dengan wajah seribu setan.
“ Apa tidak bisa lebih pagi lagi, kau pulang
Bangsat..!” teriaknya memecah sunyi. Dan aku pun diam saja.
Dari saku aku mengeluarkan uang yang jumlahnya
banyak sekali, hasil dari merampok sebuah Mesin ATM malam ini. Gemercing
perhiasan emas keluar dari kantong saku celanaku, aku dapat dari merampok
sebuah toko emas tadi pagi-pagi.
Mata Nyonya Besar langsung melotot, dan sikapnya
sangat manis sekali . Menciumku, membelaiku dan mengandengku untuk segera masuk
ke kamar.
“ Ini buat aku kan sayang ? kamu laki-laki paling
pengertian terhadapku sayang “ kata-kata manis yang baru kali ini aku dengar
dari mulut nyinyir itu, membuatku terasa mual dan pusing tak karuan.
‘ Iya…semua ini buat kamu istriku “ kataku sambil
menyeretnya ke atas ranjang.
Dia tertawa nyaring sekali bunyinya membuat libidoku
memuncak hebat. Dan dia pun menurut saja ketika aku melucuti seluruh pakaiannya. Aku hanya ingin melampiaskan nafsuku yang
telah aku pendam selama bertahun-tahun. Pada istri yang tidak pernah
mencintaiku, dan tidak pernah aku cintai. Ini adalah malam pertamaku dan juga
sebagai malam terakhirnya.
Malam itu kami bergumbul hebat, bukan layaknya
sebagai suami istri tapi nafsu setan yang telah merajai. Di atas ranjang yang juga
bertebaran uang dan perhiasan membuat istriku sangat bersemangat melampiaskan
nafsunya, yang entah pernah tersalurkan atau tidak karena tidak pernah
kepadaku. Sampai membuat Nyonya besar orgasme berkali-kali, sampai akhirnya tak
kuat lagi dan tertidur pulas.
Ketika Nyonya besar sedang nyenyak tidur, aku segera
mengambil badik dan pisau yang sangat besar, yang telah aku
persiapkan sebelumnya. Aku matikan lampu, dan tebasan badikku hanya dengan
sekali tebas lehernya sudah putus, Kepalanya menggelinding ke bawah ranjang.
Ketika lampu aku nyalakan kembali tubuhnya yang gempal tanpa busana sehelai pun
telah bersimbah darah tanpa kepala.
Aku bahagia karena tak ada perlawanan sedikitpun
dari perempuan tambun itu, sehingga pekerjaanku cepat selesai.
Kepala yang mulutnya sedang menyeringai itu aku
masukkan ke dalam stoples besar yang sudah aku persiapkan untuk aku awetkan.
Sedangkan tubuhnya aku seret kedapur.
Aku kuliti dan aku buang bagian –bagian yang tidak
aku suka. Seperti jari-jarinya yang sering dipergunakan untuk menuding-nuding
aku, atau ujung-ujung kakinya yang sering menendangku agar keluar dari rumah.
Aku hanya mengambil dagingnya saja. Aku iris
kecil-kecil sehingga siap masak bila aku ingin menyantapnya. Lemak-lemaknya
menggumpal adalah tumpukan keserakahannya yang membuatku kurus kering seperti
ini.
Jeroannya seperti
jantung, hati, paru-paru ingin aku buat sup saja. Pasti nikmat sekali
apalagi ditambah dengan irisan wortel, tomat dan daun seledri. Bumbu merica
penghilang rasa anyir dan amis sudah aku siapkan banyak sekali. Aroma bawang
putih akan segera mengalahkan bau anyir menjadi sedap menggugah selera makanku.
Sisa-sisa darah aku bersihkan dengan seksama, tak
ada yang tercecer sedikitpun dan bau
anyir sudah berganti dengan aroma pujuk pinus kesukaanku, karena aku sudah
mempersiapkan semua. Termasuk pengharum ruangan khas Melati kesukaan istriku,
Nyonya Besar itu.
Ruangan sudah bersih kembali tak tampak adanya
sesuau yang mencurigakan. Tulang-tulang yang tidak berguna , kulit dan usus aku
jadikan satu, aku kubur dalam lobang yang aku gali
tepat di bawah ranjang tidurnya, dan semua sudah aku rapikan juga.
Aku kini sudah bebas, makanku juga terjaga. Karena
setiap hari aku hanya makan daging saja dengan berbagai variasi olahan. Tak
lama lagi wajah tambun yang dimiliki istriku akan berpindah ke aku. Karena
mulai sekarang tak ada lagi yang menekanku, tak ada lagi yang membuatku takut,
gelisah dan sakit hati. Aku bebas sekarang.
Rumah besar peninggalan orang tuanya juga otomatis
akan menjadi milikku. Tabunganku dari hasil merampok ATM dan toko perhiasan
cukup buat bekal hidup selama aku tidak bekerja agar tak ada orang yang
mencurigaiku dengan masuk ke rumah ini.
Aaah..persediaan dagingku masih banyak aku harus
segera menghabiskannya, agar suara nyinyirnya tidak terus memburuku tiap malam.
Aku bahagia sekali saat ini, karena suara nyinyirnya bisa aku abaikan mulai
detik ini.erbaru
waduh serem mbak
BalasHapusterima kasih Pak...sekali2 serem
HapusMerindiiing... 😱😱😱
BalasHapusiya..mbak..tiba-tiba pingin bikin yg ginian..makasi ya Mbak Liz..
Hapus