Aku dan Waktu
Bagaimana hendak aku ingkari, bila waktu terus saja
berlalu.....tak peduli aku tertatih atau pun berlari, bumi tetap berotasi,
bulan dan matahari tak pernah ingkari janji....
terus dan terus saja sang Waktu berlalu, engkau boleh saja menoleh
tetapi tak bisa mengulangi dengan sama
persis. "Hargai waktu...hargai waktu...." itu selalu dikatakan Ayah bila aku bermalas-malasan tidak mau
belajar saat itu. Dengan aturan yang saklek (begitu kami bilang) ayah menerapkan jadwal yang ketat dan harus
kami lakukan. Kami harus bangun jam 5 pagi, setelah sholat subuh, dan sedikit
membantu pekerjaan rumah, harus segera mandi, sarapan dan segera berangkat ke
sekolah..." semua harus teratur" ...bukankah Tuhan juga sangat
teratur dan rapi mengatur alam semesta ini....
kapan benih harus tumbuh, kapan daun harus luruh
kapan metari harus terbit condong ke tenggara, kapan harus
condong ke timur laut...
di sisi bumi sedang terjadi banjir, sedang di belahan lain
sedang kemarau renta..
Semuanya teratur, semua seimbang....demikian juga kita
mahluk-Nya...harus tunduk pada aturannya, pada tanda-tanda alam yang telah
diberikan......kalaulah kita hendak menyebrang, atau melawan arah...pasti ada
resiko yang akan kita dapat. Kalau tanda-tanda alam itu ada pada tubuh dan kita hendak melawan, maka penyakit yang
akan kita dapat. Kita tidak akan bisa menahan kecing dengan waktu yang lama bila kita tak ingin organ ginjal kita rusak...dan
sebagainya...
Waktu pun terus saja berlalu...masa-masa sekolah usai sudah,
masa kuliah hanya tinggal kenangan. Atau saat-saat awal bergelut dengan
pekerjaan , penuh semangat, gegap gempita, kesuksesan-dan kesuksesan...hanyalah
sesaat. Karena waktu terus saja bergulir, keuntungan dalam berdagang bisa
berbalik arah pada kerugian yang kian melanda....hidup tidak selamanya pada ada
pada satu titik,
Dan aku tak ingin terkapar pada onggokan waktu
yang terus saja menghinaku...memenjarakanku dalam ruang
hampa tanpa penunjuk arah
aku tak akan menyerah....walau yang kumampu hanya
Memanggil-Mu..
Ya...Robb..terimakasih masih Kau ijinkan aku menerima
petunjuk-Mu
agar tersesatku tak semakin mengerdilakanku.
Kau ijinkan aku perpegang-tangannya...
ia menuntunku, ia memapahku....dalam rimba yang belantaranya
sungguh menenggelamkan.
Akhirnya...aku sampai, walau pun terlambat, tapi sore masih juga berlimang
sinar mentari, aku masih punya waktu..
Untuk membaca tanda-tanda itu,walau semakin memudarnya warna rambutku, keriput
tak bisa ditahan disana-sini, mata harus pakai penyambung lensa, telingga susah
mendeteksi asal bunyi......dan aku harus selalu bersyukur dengan tanda-tanda
itu, karena itu menjadi peringatan nyata bagi aku.
Bahwa aku telah bertambah umur, berkurang kesempatan
ibadahku, aku hanya memohon agar waktu
yang telah menyempit ini bisa meningkatkan kwalitas ibadahku. Karena
sesungguhnya setiap detik adalah berharga, setiap hela nafasku hanya menyebut
Asma-Mu...dalam setiap hentakan kakiku untuk menuju Arsi-Mu
karena Kepasrahan Pada-Mu itu indah, bila kita hanya
melebihkan segala Cinta hanya Untuk-Mu.
lebih itu indah, dan kurang juga indah...
sempurna itu indah dan cacat juga indah
sehat itu indah dan sakit itu penyempurnanya..
untuk itu teruslah song-song tanda-tanda kematian itu....
dengan indah, pasrah dan ikhlas..
sampai akhirnya kita menuju ke Titik Nol...dari waktu.
dan aku ikhlas menyambut kematian itu
Kudus, 23 Mei 2014 diperbarui 23 Mei 2017
Salam hangat
Dinda Pertiwi
Komentar
Posting Komentar