Unsur-unsur Penting Dalam Cerita Rekaan

Unsur-unsur Penting dalam Cerita Rekaan Dalam menciptakan suatu karya Sastra yang berupa Cerita Rekaan seorang penulis atau pengarang agar dapat memperoleh hasil yang bagus dan mudah dipahami oleh pembaca maka pengarang harusnya menyertakan unsur-unsur instrisit yang ada dalam karyanya. Unsur-unsur yang harus ada dalam Cerita Rekaan adalah berupa : 1. Tema. Tema adalah gagasan pokok yang menjadi permasalahan yang mendasari isi sebuah cerita rekaan. Biasanya tema dari suatu cerita rekaan tercermin dari Judul dari cerita rekaan tersebut. Seorang pengarang haruslah menetukan tema lebih dahulu sebelum memulai menulis suatu cerita , dan penulis harus dapat konsisten antara tema dan isi cerita di dalamnya agar cerita tidak terlalu melenceng dengan tema yang telah dibuat. Dan pembaca tidak dibuat binggung olehnya. 2. Tokoh dan Perwatakan. Seorang pengarang harus menguasai betul sifat-sifat dari tokoh yang dihadirkan dalam karyanya itu. Masing-masing tokoh mempunyai watak yang berbeda-beda sesuai kedudukannya dalam mendukung terjadinya suatu konflik yang terjadi dalam cerita rekaan tersebut. Ada yang mempunyai watak baik yang biasa disebut dengan tokoh Protagonis. Ada yang tokoh yang mempunyai watak jahat yang biasa disebut dengan tokoh Antagonis. Ada pula tokoh yang mempunyai watak datar, biasa saja jadi tidak berwatak terlalu baik tapi juga tidak berwatak jahat. Semua tokoh memainkan perannya masing-masing sehingga terjadi suatu konflik yang mendukung tema yang sudah dipilih oleh pengarang dalam cerita rekaan. 3. Latar / Setting. latar atau Setting dalam suatu cerita rekaan meliputi dari beberapa aspek ruang, aspek waktu, aspek suasana saat kejadian cerita berlangsung, atau saat peristiwa itu terjadi. – Aspek ruang adalah gambaran tempat atau lokasi cerita itu terjadi. Misalnya, di sebuah desa x , di dalam rumah, di rumah sakit dan lain sebagainya yang menjadi tempat berlangsungnya cerita itu terjadi. – Aspek waktu adalah waktu terjadinya cerita dan penceritaan yang ada di dalam cerita rekaan. Waktu bisa meliputi pagi, siang, malam, bulan , hari dan lain sebagainya ketika cerita itu terjadi. – Aspek suasana adalah suasana sekeliling yang menjadi pengiring saat terjadinya suatu peristiwa atau yang menjadi latar belakang terjadinya cerita dalam cerita rekaan itu berlangsung. 4. Alur dan Pengaluran. Alur suatu cerita adalah jalinan atau rangkaian peristiwa dalan suatu cerita dalam Cerita Rekaan. Di dalam pengaluran ini pengarang menetukan jalannya sebuah cerita dari jalinan-jalinan peristiwa yang membentuk sebuah tema dalam Cerita Rekaan. Ada 3 macam Alur yang biasa digunakan oleh seorang pengarang. – Alur maju adalah jalinan peristiwa yang membentuk cerita dari awal hingga akhir cerita menurut waktunya adalah maju. – Alur mundur adalah jalinan peristiwa yang membentuk suatu cerita menurut waktunya adalah mundur. – Alur kilas-balik atau flashback adalah jalinan peristiwa yang membentuk suatu cerita awalnya maju namun pengarang bisa menceritakan kisah yang terjadi sebelumnya hingga menyebabkan cerita itu terjadi. Dalam sebuah Cerita Rekaan pengarang tidak harus menggunakan satu alur saja, tetapi bisa mengkombinasikan alur-alur tersebut di atas. 5. Sudut Pandang atau Poin of View. Sudut Pandang adalah cara pengarang menempatkan diri kedudukannya dalam sebuah Cerita Rekaan yang ditulisnya. Ada 2 macam Sudut Pandang posisi atau kedudukan pengarang dalam karyanya. – Sudut Pandang Orang Pertama. Pengarang berada di dalam sebuah cerita, terlibat langsung sebagai tokoh dalam cerita tersebut. Dalam hal ini pengarang biasanya menggunakan Kata Ganti Orang Pertama seperti : aku, saya , gue. Dalam sudut pandangorang pertama ini pengarang bisa menempatkan diri sebagai pelaku atau tokoh utama, sehingga pengarang banyak menceritakan tentang kisah si aku atau saya ini, sebagai pusat pandang dalam sebuah cerita rekaan. Seperti dalam cerpen saya Kuyang Pengarang juga bisa menempatkan diri sebagai pelaku sampingan dalam cerita tersebut. Dalam sudut pandang ini pengarang menjadi tokoh sampingan yang banyak menceritakan pelaku utama , yang bukan dirinya. Seperti cerpen Ranjang Pengantin untuk Suamiku – Sudut Pandang Orang Ketiga. Pengarang tidak ikut serta dalam sebuah cerita, atau tidak menjadi salah satu tokoh dalam peristiwa cerita rekaan tersebut. Pengarang hanya berdiri di luar cerita , biasanya Sudut Pandang Orang Ketiga ini ditandai dengan penggunaan Kata Ganti Orang Ketiga, seperti : Dia, Ia, atau menyebut langsung nama tokoh dalam cerita tersebut. Ada 2 macam Sudut Pandang Orang Ketiga, yaitu : 1. Sudut Pandang Orang Ketiga pengarang hanya sebagai pengamat saja. Dalam cerita yang menggunakan sudut pandang ini, pengarang hanya mengetahui permasalahan atau konflik tokoh-tokoh dalam ceritanya secara fisik mereka saja. Seperti gerak-gerik tokoh, mimik wajah tokoh, pakaian tokoh. Pengarang tidak mengetahui konflik batin yang dialami para tokohnya. Seperti cerpen Santi Kekasih Istriku. 2. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu. Pengarang mengetahui segala hal yang dialami dan dirasakan oleh tokoh-tokoh ceritanya. Jadi tidak hanya fisik, pakaian, gerak-gerik tokoh-tokohnya namun juga pengarang mengetahui konflik batin, masa lalu, penyesalan dan segala hal yang terjadi dalam batin tokoh-tokoh cerita rekaannya. Seperti cerpen Gendam. yang pernah saya tulis. 6. Amanat atau Pesan. Pengarang tentu mempunyai amanat atau pesan tertentu yang hendak disampaikan kepada masyarakat pembaca melalui karyanya. Cerita yang disuguhkan pasti mempunyai pesan-pesan tertentu, seperti pesan moral dalam cerita-cerita Legenda ( cerita tentang terjadinya suatu tempat), Fabel ( cerita tentang binatang). Pesan politik seperti cerita-cerita yang di tulis oleh pengarang jaman Lekra. Pesan Keagamaan seperti dalam cerita-cerita tentang Nabi, dan lain sebagainya. Seperti dalam dongeng yang pernah saya tulis Burung Pelatuk Perindu. Pengarang tidaklah mutlak harus memenuhi unsur-unsur insintrik tersebut di atas, karena kebebasan pengarang dalam mencinptakan sebuah karya. Namun bila ingin ceritanya lebih berbobot dan mudah dipahami oleh pembaca sebaiknya pengarang mengetahui unsur-unsur yang ada dalam suatu karya cerita rekaannya. Semoga ulasan ini bermanfaat bagi para penulis cerita rekaan. Kudus , 1 Pebruary 2015 salam fiksi

Komentar

  1. Mbak Bekti, met pagiii...
    Mbak, usul dunkz... Ada baiknya artikel menarik ini dikasih spasi antar paragraf. Jadi bacanya lebih asyik lagi...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. selamat pagi juga..mbak....iya terima kasih masukkannya...tapi aku masih belum meguasai nulis di blog tuuh...inimasih latihan belum tahu cara2 bikin tampilan yang baik......terima kasih ya..mbak...aku utek-utek dulu biara bisa...ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenang Menara Tetap Setegar Menara Kudus dalam Menghadapi Pandemi

Sidomukti' Istana terakhir Sang Mandor Klungsu / Joko Pring / RMP. Sosrokartono

Misteri Arah Rumah Kontrakan Kami