Merangkum pagi

Mentari belum juga mau beranjak naik, walau temaran sinarnya semburat mewarnai bianglala di ufuk timur. Baru saja Gretta melipat mukenanya ketika suara gaduh di luar sana membuatnya ingin segera mengintip, apa gerangan yang sedang terjadi.
Buru-buru dibuka pintu depan rumahnya. Damar suaminya pulang dalam keadaan mabuk lagi, entah dengan siapa yang mengantarnya itu, seorang wanita dengan rambut bercat jingga, bercelana pendek, dan tang top minim seakan tubuhnya sudah menyatu dengan dingin yang menyergap pagi itu. wanita itu hanya mengantar Damar sampai di pintu gerbang rumah, membiarkan begitu saja laki-laki yang masih belum pulih kesadarannya itu, tergepar dengan mulut meracu.....memaki apa pun.
Gretta segera mendekati Damar dan ingin membawanya masuk, sebelum menjadi tontonan para tetangga, namun......
(tunggu kelanjutannya.....ya)
Namun tiba-tiba Damar bangkit dan menarik kerudungnya hingga Gretta jatuh terjerembam ke tanah. " Dasar perempuan tak tahu diri......jangan sentuh aku....." teriak Damar sambil memaki-maki kata-kata tak pantas pada Gretta. Gretta tetap bersabar tak mengambil hati omongan suaminya yang sedang mabuk, dipapahnya suaminya masuk kerumah, dilap dengan air hangat wajah, tangan dan kakinya dengan penuh ketulusan. Walaupun Damar masih ngoceh tak karuan dengan mulud bau alkohol. Bagi Gretta ini adalah hal biasa yang dilakoninya dalam sebulan ini. Damar biasa pergi sejak sore hari dan pulang pagi dalam keadaan mabuk berat. Dengan penuh kelembutan tangan Gretta melap tangan Damar, tangan yang dulu dengan penuh kelembutan pula sering membelai rambutnya, meraih kepalanya untuk dibenamkan dalam dadanya yang membuat Gretta selalu merasa nyaman. Kelembutan dan kenyamana itu tidak lagi ada dalam rumah tangga mereka, semenjak Damar jatuh bangkrut dalam usaha Kontruksinya. Gedung yang dibangunnya ambruk saat hendak diresmikan sehinga dia harus mengganti bangunan yang baru. Bukan itu saja jembatan yang menghubungkan 2 kota yang juga menggunakan jasa kontraktornya ambruk saat ada hujan deras dan banjir melanda, padahal belum diadakan serah terima dengan Pemerintah Daerah setempat. Mau tidak mau Perusahaan Damar harus mengganti dengan jembatan baru. Kegagalan yang beruntun dan bertubi-tubi membuat Damar tidak kuat mental, akibatnya dia mulai sering mendatangi tempat-tempat hiburan dan menikmati miras bersama wanita-wanita penghibur. Kebiasaannya mendatangi majelis-majelis Pengajian sudah dilupakan, bahkan sholat 5 waktu yang dulu rajin dilaksanakan sekarang sudah luntur begitu saja. Entah apa yang ada dalam benak Damar, seolah dia menyalahkan Tuhan dan menganggap bahwa istrinya Gretta sebagai pembawa sialnya. Gretta tetap sabar dan tabah memnghadapi suaminya yang telah berubah perilaku. Namun Gretta tetap bekerja sebagai staff salah satu Kantor Pengacara. Gajinya yang tidak seberapa paling tidak bisa menghidupi dirinya karena suaminya sudah tidak pernah lagi memberi uang, bahkan telah menjual barang-barang berharga milik mereka berdua, untuk menutup hutang-hutangnya. Gretta hanya bisa menangis dan berdoa saat Tahajud tiba. Hanya kepada Tuhan segala pengharapan dia gantungkan. Gretta percaya suatu saat nanti suaminya akan berubah baik kembali, dan perekonomian keluarganya akan pulih kembali. Setelah merawat suaminya, dan suaminya pulas tertidur Gretta segera berangkat kerja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenang Menara Tetap Setegar Menara Kudus dalam Menghadapi Pandemi

Sidomukti' Istana terakhir Sang Mandor Klungsu / Joko Pring / RMP. Sosrokartono

Misteri Arah Rumah Kontrakan Kami