Misteri Parafin Terapi Kota Mudas

Misteri Parafin Terapi Kota Mudas
parafin-parafin

Mudas adalah sebuah kota yang sangat indah, terletak di lereng sebuah gunung Meriung. Tanahnya yang subur membuat tanaman apa saja cocok untuk di tanam di kota ini. Dari tembakau, kopi, teh, cengkih, hingga tanaman buah-buahan dihasilkan dari pertanian dan perkebunan kota Mudas. Beberapa industri rokok berkembang pula di kota ini. Angka pengangguran boleh dibilang tak ada 5 % .
Sebuah kota yang makmur, hampir semua penduduknya bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah, tak terkecuali mereka yang sudah memasuki masa pensiun , bisa mengerjakan pekerjaan yang mudah-mudah. Kecuali mereka yang benar-benar tak bisa melakukan sesuatu. Namun begitu setiap hari libur tiba, semua berhenti bekerja. Mereka sungguh menikmati liburan saja.
Namun begitu banyak kaum wanita di kota ini yang menderita penyakit Sindrom Carpal Tunnel dan juga Sindrom De Quervian. Dua penyakit yang bisa menyerang kaum wanita dari ras tertentu. banyaknya pekerjaan yang menggunakan ketrampilan tangan membuat para wanita di kota Mudas banyak yang terkena kedua penyakit tersebut di atas. Dengan ciri-ciri pergelangan tangan terasa sangat nyeri, kesemutan bahkan terasa baal atau mati rasa.
Sindrom Carpal Tunnel banyak di derita wanita di kota Mudas ini, karena mereka kebanyakan adalah buruh pabrik, entah pabrik rokok atau pabrik pembuatan komponen mesin. Sedang Sindrom De Quervian banyak menghinggapi para pegawai kantor, pemusik dan penulis di kota ini.
Karena begitu banyaknya penderita Sindrom Carpal Tunnel dan Sindrom De Quervian maka pemerintah kota Mudas mendirikan pusat terapi gratis. Setelah mereka mendapat rujukan dari dokter Neurogist.
Dokter Hariku adalah salah seorang Neurogist yang terkenal di kota Mudas. Setelah mendapat Surat rujukan Warna segera mendatang pusat Terapi gratis di kota Mudas. 
Terapi Parafin adalah salah satu jenis terapi untuk Sindrom Carpal Tunnel dan juga Sindrom De Quervian, terapi ini dengan penggunakan parafin atau lilin yang dicampur dengan oil khusus. biasanya bagian tangan atau kaki yang sakit yang dicelupkan ke dalam bak parafin dalam beberapa menit.
Sore itu Gifina mendatangi pusat terapi untuk Sindron Carpal Tunnel yang di deritanya, setelah mendapat surat rujukan dari dokter Hariku. Kesan angker dan tegang sudah terasa sejak ada di loket pendaftaran. Tidak seperti pada waktu mengantri di pusat-pusat pelayanan kesehatan lainnya. 
Wajah-wajah tegang dan angker membuat Gifina juga meresa tegang dan penasaran, apa yang membuat mereka bersikap seperti itu.
Seorang nenek mendekatinya, dengan sedikit berbisik nenek itu bercerita.
" Hati-hati Nak...bila nanti harus menjalani Parafin Terapi...."
" Memang kenapa ..nek...?"
" Segeralah keluar bila sudah menjalani Parafin Terapi......jangan terlalu lama di dalam..." Ujar nenek berabut putih itu.
" Sudah itu saja pesan nenek...."
Bersamaan dengan itu namanya  dipanggil petugas, untuk segera memasuki ruang terapi. Benar kata nenek tadi, disini sungguh terasa angker dan gelap. Gifina harus melalui beberapa pemeriksaan sebelum menjalani terapi. Benar adanya terapi yang harus dijalani oleh Gifina. 
Ruang terapi yang luas ini penerangannya hanya temaram, hanya mengandalkan sinar matahari dari balik kaca buram. Gifina merasa ada sesuatu keanehan dibalik ruang-ruang yang hanya bersekat dinding tipis itu. Pada waktu menunggu petugas terapi menanganinya Gifina, berjalan berjingkat agar tak diketahui oleh petugas. Gifina penasaran sekali dengan ruang yang penuh dengan almari-almari kaca. Dia sempat melihat sebentar ketika ada salah seorang petugas keluar dari ruangan itu.
Namun belum sampai sempat membuka pintu ruangan petugas sudah memanggilnya, untuk segera menyelup tangannya ke dalam bak panas berisi cairan parafin yang hampir mendidih. 
Gifina hampir menolak menyelupkan tangannya yang sakit ke dalam bak parafin itu. " Pasti panas banget " pikir Gifina, " apa nanti gak melepuh tanganku ".
Belum sempat berpikir panjang, petugas terapi itu sudah menarik tangannya dan memasukkan ke dalam cairan parafin itu. Ternyata benar, cairan parafin itu panas banget, untung tangannya hanya dijelupkan sebentar jadi rasa panas tidak sampai melepuhkan tangannya. Setelah beberapa kali dicelup Gifini disuruh duduk meneunggu 20 menit agar parafin itu kering dan bisa dikupas dengan mudah.
Gifina masih penasaran dengan ruangan di  belakang sana yang gak gelap dan pengap. Tapi karena kedua tangannya sudah tercelup cairan parafin, dia tidak bisa membuka pintu itu.
Belum sempat mendekat pada pintu seorang petugas memperingatkannya agar tidak mendekati kamar itu.
" Tetaplah duduk disini..jangan kemana-mana..." ujar petugas itu.
Gifina hanya bisa terdiam kembali ke tempat duduknya. Tapi penasarannya sungguh menguat ketika samar-samar dia mendengar seperti suara lolong manusia tapi suaranya tercekat dengan seperti bungkaman di mulutnya.
Gifina cukup menyimpan penasarannya itu dalam pikirannya saja. Ketika salah seorang petugas seperti sengaja menungguinya agar dia tak kemana-mana.
Sampai proses terapi itu selesai Gifina belum menemukan sesuatupun yang bisa menjawab rasa penasarannya.
Dua hari lagi Gifina disuruh datang lagi untuk menjalani terapi lagi.
Keluar dari ruangan , nenek yang sempat membisikinya terlihat tersenyum padanya. Entah apa makna nenek senyuman nenek tersebut.
Gifina segera berlalu meninggalkan Pusat Terapi itu.
Sesampai di rumah Gifina berusaha mencari tahu kenapa Pusat Teapi itu terasa ada sesuatu yang aneh. Ibu mungkin tahu apa sebabnya. Maka Gifina segera mendatangi ibunya yang sedang sibuk menyiapkan makan malam.
" Hati-hati saja kamu Fina.....karena menurut cerita beberapa orang tidak pernah kembali pulang setelah menjalani Parafin Terapi " ujar ibunya dengan suara agak berbisik.
" Kenapa mereka Bu.....saya penasaran dengan sebuah ruangan yang tertutup rapat disamping tempat untuk menjalani terapi yang saya jalani tadi...".
" Jadi kamu juga menjalani Parafin terapi...berhati-hatilah...ibu dengar disana ada kolam Parafin panas, yang sangat luas dan dalam...untuk terapi sekujur tubuh...".
"Saya belum mengetahui letak kolam parafin itu Bu....karena saya hanya menjalani terapi pada kedua pergelangan tangan saja ".
" Tapi saya penasaran dengan kolam Parafin itu....saya ingin melihatnya.."
" Hati-hati kamu Fin....petugas-petugas disana galak-galak tak akan membiarkan pasien bebas berkeliaran tanpa didampingi petugas, entah apa sebabnya.....dan apa hubungannya dengan hilangnya beberapa pasien yang sedang nenjalani Parafin Terapi, tapi kamu jangan terlalu penasaran untuk menyelidikinya, karena keselamatanmu lebih utama....".
Dua hari kemudian ketika Gifina harus menjalani terapi lagi, dia sudah bersiap-siap sebuah kamera kecil di balik saku bajunya, serat mikrofon kecil sengaja dia sematkan di kerah bajunya agar tidak begitu mencolok, dan kalau ada sesuatu yang terjadi dia bisa berteriak minta tolong tanpa dicurigai petugas.
Petugas Terapi Parafin ternyata sudah melihat gelagat menyelidik yang akan dijalani Gifina, maka Gifina mendapat pengawalan petugas dengan ketat, tak dibiarkan sedikit pun kesempatan diberikan pada Gifina untuk sendirian.
Misi kali ini gagal, Gifina mencari akal agar pada terapi berikutnya dia bisa lari ke belakang, untuk mengetahui keberadaan kolam parafin itu.
Gifina pun mendatangi kembali dokter Hariku, agar bisa mendapakan rujukan menjalani terapi parafin sekujur tubuh. Dengan berbekal surat rujukan untuk menjalani parafin terapi sekujur tubuhnya disebuah kolam parafin hangat. Kamera kecil dan sebuah mikrophone kecil masih tetap dipasang di saku bajunya. Pada setiap kesemptan Gifina berhasil memotret keadaan di dalam ruang luas tempat kolam parafin berada. Seyap, tak menimbulkan sesuatu kecurigaan apapun. Namun sayup lirih Gifina mendengar suara orang melolong dengan lemah. 
Seorang petugas terapi menghampirinya dan menyruhnya segera menjeburkan diri ke dalam kolam parafin. Karena kaget hampir saja Gifina terjebur ke kolam yang dalamnya melebihi tinggi tubuhnya itu, untunglah dia masih bisa meraih besi pembatas di ujung kolam sehingga hanya kaki dan separo badannya saja yang masuk ke dalam parafin hangat tersebut.
Selesai menjalani terapi, Gifina sengaja ingin mengganti baju di sebuah ruang ganti yang paling ujung, yang letaknya dibelakang kamar yang terkunci misterius kemarin.
Kecurigaan Gifina semakin menjadi-jadi setelah dia mengalami bagaimana cara petugas terai mengagetinya hingga hampir terjebur ke kolam parafin.
********
Selesai menjalani terapi Gifani sengaja mendaang Kantor Polisi di kota Mudas, dia ingin mendapatkan data orang hilang dalam beberapa tahun ini yang tidak pernah ditemukan. Gifani juga menceritakan apa yang telah dialami dan kecuriaannya itu pada Polisi yang sedang berjaga sore itu. Gifina minta bantuan agar polisi melakukan penyelidikan terhadap Pusat Terapi kota Mudas.
Hari berikutnya sudah ada salah seorang anggota kepolisisan yang menyamar sebagai pasien Terapi Parafin setelah mendapat rujukan dari dokter Hariku. Bertepatan saat Gifina juga menjalani Terapi Parafin, sehingga dengan menggunakan kode Gifina memberi petunjuk tempat-tempat yang patut dicugai. Sehingga polisi yang sedang menyamar tersebut bisa lolos masuk ke dalam ruangan yang selalu tertutup. Usai menyelidiki ruang itu polisi memberi kode pada Gifina agar segera meninggalkan Pusat Terapi tersebut.
Tak lama kemudian satu Unit Sergap Polisi merasuk masuk kedalam Pusat Terapi Parafin, Dan membuka paksa kamar yang menjadi misteri tersebut.
Di dalam almari-almari kaca tersebut ditemukan manusia-manusia yang telah diparafin dan diawetkan. Mayat-mayat itu ada yang sudah lama menghuni di almari tersebut, namun ada yang masih baru karena denyut nafasnya masih nampak walaupun lemah, dan aku mengenali itu adalah nenek yang kemarin sempat memberi peringatan padaku, dan memberikan seyumannya padaku saat aku bisa keluar dari ruang Terapi Parafin dengan selamat.
Beberapa petugas Pusat Terapi Parafin dibawa ke kantor Polisi, untuk mengetahui otak dari semua kekejaman itu.
Pagi hari berita di telivisi sudah menyebutkan siapa otak pelaku kekejaman itu tak lain ternyata dokter Hariku, dokter neurolog satu-satunya di kota Mudas. 


Kudus, 1 November 2015
'salam fiksi'
Dinda Pertiwi

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenang Menara Tetap Setegar Menara Kudus dalam Menghadapi Pandemi

Sidomukti' Istana terakhir Sang Mandor Klungsu / Joko Pring / RMP. Sosrokartono

Misteri Arah Rumah Kontrakan Kami