Diam dan Sepi



Rinai hujan turun begitu derasnya, beberapa kali gemuruh Guntur pun bertautan…
Aku yakin pasti rumah segede ini tidak akan sepi lagi, paling tidak kilatan-kilatan cahaya halilintar membuat ada kata-kata yang keluar dari mulutnya….
Ternyata tidak, irama alam itu berlalu begitu saja, ketakutanku pun sirna dan bias dalam kehampaan..
Sampai kapan engkau menyiksaku seperti ini, dalam diam dan kemarahan yang tiada akhir…
Tak pernah lagi ada kata-kata yang bisa menyejukkan hati, semua tiada arti lagi…

Sementara kau sibuk dengan duniamu yang tak pernah aku mengerti, dan kau pun tak mau tahu apa yang aku kerjakan…
Kita seperti sepasang mahluk yang hidup bersama tanpa rasa tanpa ikatan hati
Terus untuk apa diammu bila hanya akan menggerus sepi menjadi teramat sunyi
Dan aku hanya mampu berkali-kali menyeka air mata yang tak bisa terkendali…
Tapi aku harus melewati karena sepi dan diam membuatku bisa lebih jiwaku kuat
Walau merapuhkan ragaku yang satu persatu terkoyak bahkan terluka abadi

Harusnya di dingin ini banyak cerita indah yang hendak aku sampai atau kita ukir
Namun kau kira …semua sudah cukup, aku hanya sekejap raga yang tak berpikir
Bila hanya diam kenapa dulu kau janjikan kebahagian yang akan selalu membuatku ceria
Dan sepi bukan alasan untuk menambah duka dan lara hati karena berkali-kali terlukai
Aku masih manusia yang tidak suka selalu sepi dan selalu diam
Karena sepi hanya akan indah bila tidak melukai tapi bisa berbagi damai hati
Diam hanya kita gunakan bila semua telah baik-baik saja

Aah..biarlah malam ini kita diam dalam sepi lagi…
dan entah sampai kapan....
aku pun hanya bisa diam....
aaah.....semoga ada bulan yang akan menemani.....…Terbaru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenang Menara Tetap Setegar Menara Kudus dalam Menghadapi Pandemi

Sidomukti' Istana terakhir Sang Mandor Klungsu / Joko Pring / RMP. Sosrokartono

Misteri Arah Rumah Kontrakan Kami