[Best Moment 2016] De Querian Sindrom





Best moment 2016…waah apa ya!
Aku telusuri kembali, mengingat ingat dengan membuka kembali kalender 2016 yang sudah hampir saja aku buang.
Dari bulan Januari yang aku lupa, apa yang terjadi ya, Pebruary juga lupa…ternyata aku tak mencatatkan sesuatu apapun di catatan kalenderku. Untunglah ada FB yang tiap hari mengingatkan kita akan moment-moment penting yang kita upload saat terjadi. Sayangnya aku juga bukan orang yang suka menuliskan sesuatu yang terjadi dalam hidupku dalam sebuah status..
Jadi …apa ya…tapi mosok sih ..tahun 2016 berlalu begitu saja tanpa suatu moment, iya deh aku paksa mengingat kembali.
Naa…ternyata benar! Aku sudah berhasil melupakan!
Karena mengingat namamu saja aku jadi mual, mules, masuk angin…hadeuuh!
Tapi baiklah demi FC akan kutuliskan dan kuakui bahwa itu  adalah best momentku…!
Awal-awal bulan Januari aku masih sibuk, hampir seminggu empat kali harus mondar mandir ke sebuah Rumah Sakit Swasta di kotaku. Karena Sindrom De Quervian di tanganku yang tak  kunjung sembuh. Hampir habis waktuku selama 7 bulan untuk mondar-mandir ke Rumah Sakit namun nyeri tak kunjung hilang.
Berbagai obat dan terapi sudah aku jalani agar nyeri di tanganku hilang. Mulai dari terapi Parafin, terapi Ultrasonic sampai terapi dengan sinar infra  red tak juga membuatku sembuh. Karena terlalu sering mengikuti terapi di Rumah Sakit, akupun semakin akrab dengan petugas therapisnya, salah satunya bernama Mbak Wiwit. Yang sangat telaten dalam memberikan terapi kepada tanganku. Selain itu Mbak Wiwit memberiku satu pak  Glutera yang ternyata khasiatnya luar biasa.
Karena keseringan di Rumah Sakit, membuatku  kecapekan dan mudah tertular penyakit.  Penyakit herpes pun menyerang hampir separo badanku. Jangan ditanya sakit seperti apa, sebelum kulit timbul lepuhan-lepuhan berair, semua syaraf-syarafku di bawah kulit yang akan timbul lepuhan itu sakitnya luar biasa, ditambah rasa panas dan nyeri.
Semula aku tak tahu kalau kena herpes, maka aku beri salonpas koyo, eh bukannya berkurang tetapi semakin sakit dan lepuhan semakin meluas. Hadeuuh…
Syukurlah dokter syaraf yang menanganiku langsung memberi rujukan ke dokter kulit yang ada di rumah sakit itu. Karena selama pengobatan aku memakai Kartu BPJS jadi semua gratis.
Pada waktu diperiksa oleh dokter kulit, saat itu banyak dokter-dokter coas, alhasil semua Coas perempuan mengamati tubuhku yang terserang herper tersebut, malu sekali sih…tapi sudahlah biar mereka dapat belajar untuk menangani kasus yang sama kedepannya, aku rela deh!
Sembuhlah herpes yang aku derita sampai obat yang berikan dan sekali periksa lagi. Alhamdulillah bisa menjadi pengalaman dalam hidupku.
Lepas dari herpes aku focus lagi untuk menyembuhkan Sindrom De Quervian yang masih terasa nyeri menyerang tangan kanan dan kiri, di ruas pergelangan sampai ibu jariku. Dokter pun memberi rujukan untuk tanganku di USG agar tahu sebenarnya apa yang menyebabkan bengkak di kedua pergelangan tanganku.  Ternyata ada cairan yang mengisi antara tendon ibu jari sampai otot-otot pergelangan tangan.
Dokter sebenarnya mennyarankan untuk melakukan operasi di pergelangan tanganku. Tapi aku sangat menolaknya. Bukan apa-apa…aku takut sekali yang namanya pembedahan, takutnya nanti malah penyakit melebar kemana-mana.
Berbagai obat yang masih dalam rujukan obat BPJS diberikan oleh dokter, sepertinya tak mempan dengan penyakitku ini. Yang ada malah berbagai penyakit lain yang timbul, seperti tensi yang tiba-tiba jadi tinggi, padahal biasanya tensiku hanya sekitar 90/70 bisa menjadi 160/140…hadeuuh ! penyakit asam urat juga sudah mulai terasa mendekati. Bukan itu saja, karena terus menerus minum obat anti nyeri membuat lambungku tidak tahan, sehingga maag pun menyerang walaupun hal demikian sudah diantisipasi oleh dokter dengan memberi obat lambung yang harus diminum sebelum minum obat nyeri.
Saran terakhir dokter syarafku, adalah aku harus mau berobat tanpa memakai BPJS, Jadi aku harus membayar biaya dokter dan pengobatan sendiri. Karena dokter ingin memcoba memberiku obat yang bukan rujukan dari BPJS.
Aku ikutilah saran itu, walaupun untuk itu aku harus bersiap-siap dana sendiri, karena pengobatan tanpa BPJS mahalnya luar biasa ( bagi ukuranku looh).
Alhamdulillah saran dokter bisa aku laksanakan, aku berobat mandiri, dan memang benar juga aku harus mengeluarkan dana yang lumayan, terapi tak apalah bila itu membawa kesembuhanku. Daripada berbulan-bulan menanggung penyakit ini.

Salam Sehat 

Dinda Pertiwi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenang Menara Tetap Setegar Menara Kudus dalam Menghadapi Pandemi

Sidomukti' Istana terakhir Sang Mandor Klungsu / Joko Pring / RMP. Sosrokartono

Misteri Arah Rumah Kontrakan Kami