Ketika Namamu Hadir Lagi





subuh baru saja usai, ketika di ufuk timur semburat merah sedikit demi sedikit menerangi jagad raya


ada dingin yang masih menyeruak mengiringi langkahku di antara wangi melati yang tesebar di sepanjang jalan

mengingatkan aku pada untaian melati kala itu, saat kita mengikatkan janji cinta pada Madah-Nya

kau tak henti menuang bahagia bersama, dalam cerita cinta madu asmara

semua terasa indah dan mudah dalam rengkuhan kita berdua

aku hidupmu, dan engkau hidupku.....aku pakaianmu dan engkau pakaianku

semburat mentari pagi adalah harapan terindah merajut bahagia

 

 sampai datang ombak itu, menggulung dan menguat arusnya

penganan tangan kita lepas, cerita cinta kita karam

badai menghempas, menenggelamkan biduk cinta termasuk hatiku dan hatimu

entah di dasar samodra mana engkau terhempas, jejakmu pun tak lagi kutemui

aku terpelanting sendiri mencari sandaran dan pegangan hidup

engkau dan segala rasaku padamu punah tak tersisa

aku berharap  , engkau benar-benar mati dan jangan pernah kembali

 

 aaah....terkejut aku

ketika aku terdampar di sebuah pulau harapan

kamu ada disana dengan segala keelokanmu

wajahmu bertopeng walau masih bisa kukenali

dari indah bulu matamu, kamulah itu

dari lembut sapamu, menggetarkan jiwaku

dari harum nafasmu menggetarkan seluruh syarafku

 

 namamu hadir lagi

setelah semua pintu tertutup untukku

biarlah engkau hanya kenganan terindah hidupku

yang selalu hadir kembali di setiap wangi melati

di setiap tetesan embun pagi

yang akan segera sirna bersama baluran mentari pagi

dan aku akan selalu mengenangmu, tanpa ingin memilikimu kembali

karena aku dan kau hanya ada di dunia maya yang fana dan sementara

 

 sumber gambar : ini

Kudus, 10 Januari 2016

'salam fiksi'

Dinda Pertiwi

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenang Menara Tetap Setegar Menara Kudus dalam Menghadapi Pandemi

Sidomukti' Istana terakhir Sang Mandor Klungsu / Joko Pring / RMP. Sosrokartono

Misteri Arah Rumah Kontrakan Kami