Hanya Bisa Memandangmu...
Pukul 3 pagi ketika aku melihat handphone yang aku taruh
di sebelah bantalku. Mataku belum juga bisa terpejam, pikiranku
melayang….berharap Hp berbunyi tanda ada notifikasi masuk. Tapi lagi-lagi
notifikasi itu berasal dari WA group yang tak pernah ada matinya. Padahal aku
berharap engkau segera online dan menghubungiku di WA.
Penantianku sia-sia, sampai hampir subuh menjelang engkau
tak memberi kabar apa-apa, pertanda engkau sedang nyenyak tidur bersama
suamimu. Pedih rasanya membayangkannya.
Sudah hampir sebulan sejak pertemuanku kembali dengan
Sila yang tak sengaja di medsos. Padahal kami sudah empatbelas tahun lebih
tidak bertemu. Sejak pertemuan itu cinta lama akhirnya bersemi kembali
mendera-dera kembali hatiku seperti empatbelas tahun yang lalu.
****
Sila dan aku sedang menjalin hubungan asmara lima belas
tahun yang lalu, pada waktu itu aku sangat sayang dan mencintainya namun sayang
posisiku saat itu masih suami dari
mantan istriku. Istri yang tega meninggalkan aku dan anakku. Dua tahun setelah
kepergian istri aku bekenalan dengan Sila, yang saat itu masih gadis. Kami
berkenalan tak sengaja di sebuah café saat aku sedang bersama teman-temanku.
Pertama aku melihat Sila dan temannya yang sedang makan
itu aku sangat ingin berkenalan, namun ternyata teman Sila yang bernama Dina
yang lebih agresif dan aku akhirnya pun berkenalan dengan Dira dan terjebak
asmara Dira. Padahal maksudku berkenalan dengan Dira agar bisa berkenalan
dengan Sila dan mendapatkan nomer handphonenya. Akhirnya aku bisa berkenalan
dengan Sila dan mendapatkan no Hp Sila walaupun aku masih jalan dengan Dira.
Karena Dira tak mau aku tinggalkan.
Di belakang Dira aku masih berusaha menghubungi dan mendekati Sila ,akhirnya
Dira tahu, dan kebetulan sekali Dira mulai menjauhi aku.
Sila dan akupun akhirnya jalan bareng walaupun kami tidak
bisa dibilang pacaran, Aku dan Sila hanya bertemu bila ada waktu saja itupun
Sila sering menolak bila aku ajak kencan. Hal itu membuat aku semakin penasaran
dan sayang pada Sila. Sering aku mencuri-curi mencium Sila yang membuat Sila
antara marah dan senang karena aku lihat merona di pipinya bila habis aku cium.
Karena saat itu status perkawinanku yang belum resmi
cerai maka aku tidak bisa melamar Sila
aku meminta Sila untuk bersabar sambil aku mengurus perceraian.
Yang aku dapati justru Sila menghilang. Berkali-kali aku
mencari ke tempat kerja dan ke rumahnya aku tidak mendapatinya, bahkan
keluarganya mengatakan kalau Sila sudah menikah dan berada di luar pulau
bersama suaminya. Betapa hancurnya hatiku saat itu. Sulit rasanya melupakannya,
dan melabuhkan cintaku pada yang lain.
Kemana aku harus mencarimu, sayang!
*******
Seperti biasa saat senggang aku biasa membuka sosmed,
Whatsaap, IG dan kadang-kadang Facebook.
Seminggu yang lalu, ketika tak sengaja membuka facebook ada seseorang
yang meminta pertemanan dan tak salah dia Sila kekasihku yang hilang.
“’ Hai masih inget aku ,kan” sapa Sila setelah aku add
pertemanannya di facebook.
“’ Sila…………………..”
“’ Bagaimana aku bisa lupa setelah mencarimu empatbelas
tahun lamanya”.
“’ Mosok……..yang bener ” enteng saja Sila membalas.
“’ Apa khabarmu, boleh aku tahu nomer telponmu dan
Whatsaapmu boleh aku menelponmu sekarang ”
Sila pun memberikan nomer handphonenya tetapi dia
berpesan untuk tidak menelpon sekarang.
“Nanti kalau sudah ada waktu longgar aku hubungi “ pinta
Sila.
Akupun menurut saja. Namun sampai 2 hari Sila belum juga memberi
kabar lagi kapan aku bisa menelponnya.
Maka aku beranikan diri untuk menelponnya namun sampai
tiga kali tidak juga diangkat, aku beralih menggunakan telpon Whatsaap juga
tidak diangkat.
Tapi hanya balasan di Whatsaap,
“Maaf, belum bisa terima telpon besok aku hubungi kalau
sudah ada kesempatan” walaupun balasan secuil kata namun, membuatku bahagia karena
harapanku tumbuh lagi, aku ingin mendengar penjelasan Sila. Dimana dia sekarang
dan kenapa dulu dia menghilang.
Tapi sayang Sila tak mau menjawab di Whatsaap, “ besok
saja kalau telpon aku jelaskan “ katanya.
Tak patah arang aku telpon Sila kembali, sekitar jam 9
pagi, semoga kali ini Sila mau menerima telponku.
Senangnya aku ketika telpon ada yang ngangkat.
“ Hallo…..Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumsalam……..maaf mau bicara dengan bu Sila ada..”
“Dengan siapa ya….Sila baru pergi..” Deg! Sampai pembicaraan
ketiga aku baru mengenali suara itu. Itu kan suara Dirga, teman SMA ku sekelas,
walau lama tak bertemu aku masih mengenali suaranya. Apa benar suami Sila itu
Dirga!
Aku jadi semakin penasaran dan kacau. Betapa pedihnya
hatiku yang baru tahu kalau ternyata yang mengambil kekasihku adalah teman
baikku sendiri. Yang memang sudah lama tak bertemu dan berkomunikasi.
Sehari setelah itu handphoneku bunyi, nomer Sila yang
tertera di layar. Aku ragu untuk mengangkat, karena takut kalau ternyata yang
menelponku Dirga bukan Sila.
Namun akhirnya aku angkat juga, bagaimanapun aku harus
menghadapinya.
“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumsalam….Mas Reza kan ?”
“Iya…ini aku Sila…”
“Maaf Mas…baru sempat nelpon, oh ya kemarin telpon
diangkat oleh Mas Dirga ya..”
“Oh…berarti benar dugaanku itu suara Dirga, suamimu ya”
“Iya aku menikah dengan Mas Dirga setelah meninggalkanmu,
Mas”
“Apa Dirga sedang bersamamu sekarang ?”
“ Tidak, makanya aku bisa menelponmu Mas”
Pada kesempatan ini aku bisa telpon lama dengan Sila.
Sila telah menceriterakan semua, tentang kenapa dia meninggalkanku dan menikah
dengan Dirga.
Ternyata ayah Dirga sahabat ayah Sila dan mereka
dijodohkan. Dan menikah tergesa-gesa tanpa Sila sempat menghubungiku.
Dari nada cerita dan suara Sila, aku merasakan masih ada
getar cinta di hati Sila untukku. Suaranya begitu menyanyat hatiku. Ada rasa
kepedihan yang tidak diceritakan denganku, tetapi aku merasakannya. Aku yakin
perkawinan mereka tak membuat Sila bahagia. Ingin rasanya aku mengetahui lebih
jelas apa yang terjadi pada Sila.
Aku ingin sekali bertemu walau sekejap. Meraih wajahnya
dan menenggelamkan dalam dekapanku. Namun aku sadar Sila sudah tidak sendiri
lagi. Dia milik temanku.
Pada kesempatan lain aku ingin sekali bertemu dengan
Sila, mengetahui langsung seperti apa wajah kekasihku saat ini.
Syukurlah Sila menyetujui untuk bertemu denganku. Di
sebuah café siang itu kami bertemu. Sila masih tetap cantik walaupun wajahnya
agak lusuh. Tersirat kalau dia kurang bahagia dalam hidupnya. Sila juga
menceritakan kalau perkawinannya dengan Dirga tidak membuahkan anak.
Melihat Sila sendu wajahnya ketika bercerita tentang
hidupnya, ingin rasanya aku memeluknya, meraihnya dia kembali. Tapi Sila
memohon agar aku tak menggangu rumahtangga dan perkawiannya dengan Dirga.
Aku rangkum segenap inginku, aku pupus segala harapanku.
Aku hanya ingin Sila bahagia dengan pilihannya. Maka aku putuskan ini
pertemuanku yang terakhir dengan Sila.
Namun tampaknya Sila masih mencintaiku, membutuhkanku, walau
perkawinannya dengan Dirga tak mau terusik. Aku jagi binggung . Apa yang bisa
aku lakukan untukmu Sila..
Aku siap mendengar curhatan dan suara Sila setiap saat,
disaat Dirga sedang pergi keluar kota. Tapi aku dan Sila hanya sekedar bertemu
di telpon atau Whatsaap .
Sila….maafkan aku, aku hanya bisa memandangmu dan
mendengarkan suaramu saja, dan kita tak pernah bisa saling memiliki walau
cintaku padamu masih sempurna.
Kudus 18 Agustus 2017
Salam Fiksi
Dinda Pertiwi
Komentar
Posting Komentar